Kita saling membagi hingga tak peduli sampai kapan matahari akan tetap tenggelam
Karena pembagian sebanyak apapun akan selalu memberi sisa
Kecuali berbagi dengan dirimu sendiri, yang hanya menciptakan sebuah bilangan keakuan ‘satu
Tapi teman, …
Tak seperti angka yang tak habis terbilang
Kadang-kadang angin mengaburkan diriku hingga seperti lenyap
Lalu, sisa apalagi yang bisa ku bagi?
Kecuali penat dan lelah yang keluar sebagai kesah
Dan jawabmu …
Berjalan denganmu, seperti berjalan kearah barat di waktu pagi hari dalam sajak-sajak Sapardi
Kaulah aku, dan aku lah bayang-bayang
Lalu kita melegang beriringan, menari bersama angin
Berbagi sampai pagi tak kabarkan mentari
===================================================================
Notes:
Karena pembagian sebanyak apapun selalu memberi sisa
Kecuali berbagi dengan dirimu sendiri, yang hanya menciptakan sebuah bilangan keakuan ‘satu
Haha … kalau dirasa-rasain kalimat itu kok ganjil ya? Itu berlaku kalau bilangan yang kita bagi adalah bilangan prima atau satu. Karena kalau bilangan yang kita bagi bukan prima dan bukan satu maka selalu akan ada bilangan lain yang selalu bisa membagi habis bilangan tersebut tanpa sisa.
YupZ! karena ini adalah puisi, maka anggap saja kalimat itu benar, dengan syarat yang kita bagi adalah bilangan prima atau satu. Karena berbagi disini adalah berbagi tentang diri kita dengan orang lain. Anggap saja diri kita dan orang lain itu saling prima. Tetapi rasanya tidak mungkin karena seperti kata Prof. Driyarkara manusia adalah Homo homini socius. Baiklah kita sepakati bahwa yang kita bagi adalah diri kita, dan diri kita adalah satu.
Ah,saya juga ingin satu yang seperti itu.
Satu yang seperti apa Pak? apakah satu itu bermacam-macam? Bukankah satu itu cuma satu. Bilangan yang tak pernah habis terbagi oleh bilangan berapapun kecuali dengan dirinya sendiri.
jadi mo berbagi apa nih?
maap saya kurang ngerti puisi…
dari aku berbagi komentar aja yak 😉
Waktunya berbagi…. 🙂
@Semuanya terimakasih sudah berbagi kunjungan … Salam kenal semua 😀
huhuhu..Sapardi..
yuks kita berbagi dalam kebaikan
berbagialh. dengan prima maupun irrasional
sala kenal mezzalena (lilin kecil ku). berbagilah pada jisimku yang satu dan dirimu.
YAng bikin saya kagum, kamu bisa menulis puisi. 😀 (sorry ga nyambung ya komennya? 😀 )
lalu aku hilang bersama wujud hakikiMu dimana aku hanya wujud majasiMU.
satu, itu setahuku bilangan ganjil yang akan selalu hadir di setiap dimensi ruang dan waktu.
@Stey : Kenapa mba dengan Sapardi?
@Hangggadamai : YuK! 😀
@Arroyani : Maksudnya gimana Non? mari berbagi …
@Yaroh : Salam kenal juga … mari berbagi.
@Mathematicse : Terimakasih pak … Masih belajar 😀
@LangitJiwa : Terimakasih sudah meninggalkan jejak disini .. 😀
@Sawali Tuhusetya : begitu ya pak? 😀
Karena pembagian sebanyak apapun selalu memberi sisa
Kecuali berbagi dengan dirimu sendiri, yang hanya menciptakan sebuah bilangan keakuan ’satu
ini benar sekali kalo kata saya…
karena memang diri kita cuma satu…dan berbagi yang paling sering memang pada diri sendiri dulu…jadi di awet awet ya…cuma ada satu tuuh… *abis baca blog orang tentang suicidal*
weew…
opo kui Kaulah aku, dan aku lah bayang-bayang rak mudeng, aq… @-)